Rabu, 04 Februari 2009

Solar Bisa Turun Rp 500

[SUMATRA EXPRESS] - Harga minyak mentah dunia yang terus turun, mendorong DPR untuk mendesak pemerintah menurunkan harga BBM bersubsidi jenis solar. Sementara, untuk harga BBM jenis premium, DPR sepakat dengan pernyataan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono kalau harganya sulit untuk diturunkan lagi.

“Melihat kondisi harga ICP (Indonesia Crude Price) saat ini, harga solar masih memungkinkan untuk diturunkan Rp500 (per liter). Kalau premium memang sudah mentok karena sudah sesuai harga keekonomian,” ujar Ketua Komisi VII DPR Ir H Airlangga Hartarto MMT MBA usai diskusi di Media Lounge DPP Partai Golkar, kemarin.

Airlangga mengakui, pemerintah memperoleh keuntungan dari selisih harga jual premium dan harga minyak ICP plus alpha Pertamina. Meski demikian, dia menilai keuntungan tersebut wajar diperoleh karena penurunan harga BBM bersubsidi di dalam negeri tidak bisa dibandingkan dengan fluktuasi harga minyak internasional. “Selama penentuan harga BBM bersubsidi tidak mengikuti harga pasar, selalu ada kemungkinan di atas atau di bawah (harga minyak internasional),” jelasnya.

Sementara, Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro menambahkan, kalau harga internasional bensin premium saat ini cenderung naik karena kebutuhan mulai meningkat. Sebaliknya, harga solar dunia terus turun menyesuaikan permintaan yang juga berkurang. Karena itu, pemerintah berjanji akan mengevaluasi lagi harga BBM bersubsidi di dalam negeri. “Biasanya harga dievaluasi setiap tengah bulan, berarti masih 12 hari lagi. Jadi sabar saja dulu, karena harga minyak dunia juga masih flutuaktif,” kata Purnomo.

Terkait dengan rencana ekspor solar, Airlangga menilai keputusan tersebut bisa dilakukan sepanjang Pertamina mampu menjamin stabilitas pasokan BBM di dalam negeri. Apalagi, alasan Pertamina mengekspor solar adalah tank top atau berlebihnya persediaan produksi BBM, dibandingkan kebutuhan dalam negeri. “Kalau tidak diekspor, pertaruhannya shut down kilang BBM yang justru mengancam keamanan pasokan di dalam negeri,” paparnya.

Sebelumnya, pemerintah memberi izin pada Pertamina untuk mengekspor solar ke Timur Tengah pada Februari ini. Izin diberikan karena stok solar melebihi jumlah rata-rata, dari 21 hari menjadi 36 hari. Konsumsi solar industri pun turun dari rata-rata 70 ribu kiloliter per hari menjadi sekitar 50 ribu kiloliter per hari.

Selain itu, PLN juga mengurangi konsumsi solar karena mengalihkan sebagian bahan bakar pembangkitnya ke batu bara. Pertamina mengajukan izin mengekspor solar 300 ribu hingga 400 ribu barel. Produksi solar dari kilang Pertamina rata-rata 37 ribu kiloliter per hari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar