Senin, 02 Februari 2009

RENEGOSIASI BLOK TANGGUH :Komisi VII Terbelah, Menkeu Anteng

[KONTAN] - Gara-gara harga minyak dunia terus turun, urusan renegosiasi harga gas alam Blok Tangguh dengan China kembali mencuat di Komisi VI DPR. Komisi yang membidangi energi tersebut akan memanggil tim perunding bulan Februari ini. Namun pimpinan komisi terlihat masih tidak satu suara.

Ketua Komisi VII DPR dari Fraksi Golkar Ir H Airlangga Hartarto MMT MBA meminta Pemerintah RI tetap harus melanjutkan renegosiasi harga gas Blok Tangguh dengan Pemerintah China. "Kami akan mendukung, itu harus dilakukan segera," ujar Airlangga, Minggu (1/2).

Airlangga tetap meminta pemerintah melahirkan kesepakatan yang lebih baik tentang harga jual gas dari harga saat ini yang hanya US$ 3,4 per juta british thermal unit (MMBTU). "Seharusnya pemerintah bisa mendapatkan harga jual yang lebih tinggi lagi," kata Airlangga.

Namun Wakil Ketua Komisi VII DPR dari Fraksi PDI Perjuangan Sony Keraf menilai negosiasi ulang kontrak gas Blok Tangguh sekarang tidak perlu dilanjutkan lagi. Sebab harga minyak dunia saat ini telah turun. "Rencana negosiasi dulu merupakan reaksi pemerintah saat harga minyak mentah dunia melambung melebihi US$ 100 per barel," kata Sony.

Sony menilai tim negosiasi yang dipimpin oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani melempem. Sebab kemajuan kinerja mereka sama sekali tidak terdengar. "Saat harga minyak tinggi mereka langsung menyalahkan pemerintahan terdahulu tidak memiliki kemampuan memprediksi. Jangan heran sekarang mereka melempem karena tim itu hanyalah reaksi politis saja," kata Sony.

Harga jual gas Tangguh ke Fujian China memakai patokan harga minyak antara US$ 15 hingga US$ 38 per barrel. Namun kini harga minyak dunia terus turun di kisaran US$ 41 per barel.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati di berbagai kesempatan masih bungkam tentang kelanjutan perundingan dengan China. "Soal gas tangguh, saya tidak mau komentar apa-apa sekarang," ujar Sri Mulyani di Kantor Ditjen Pajak, pekan lalu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar