Rabu, 04 Februari 2009

35 Persen Minyak Tanah Bersubsidi Diselewengkan

[PELITA] - Direktur Utama PT Pertamina Ari H Soemarno, mengungkapkan sebesar 35 persen suplai minyak tanah bersubsidi diduga kuat diselewengkan oknum tertentu, sehingga terjadi kelangkaan di sebagian wilayah di Indonesia. Padahal suplai dari Pertamina sesuai kebutuhan secara nasional.
Hal itu dikemukakan Ari H Soemarno dalam diskusi Agenda 23 Wacana dari Slipi bertema Keamanan Energi Sebagai Kunci Pertumbuhan Domestik, di Kantor DPP Golkar, Jakarta, Selasa (3/2).
Diskusi yang dipandu Ketua Komisi VII (bidang energi) DPR RI Ir H Airlangga Hartarto MMT MBA juga menghadirkan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Purnomo Yusgiantoro, Dirut PLN Fahmi Muchtar, pengamat perminyakan dari ITB Rudi Rubiandini, dan Pemimpin Redaksi Investor Daily Primus Dorimulu.
Menurut Ari H Soemarno, dari sisi jumlah suplai minyak tanah bersubsidi yang dipasok Pertamina, semestinya kelangkaan tidak terjadi. Kita sudah suplai kebutuhan nasional per hari mencapai 450.000 ton. Tetapi ada kebocoran distribusi hingga 35 persen, ujarnya.
Ia menyatakan penyelewengan terjadi karena ada pihak yang memanfaatkan selisih harga yang ditetapkan pemerintah (harga subsidi) dengan harga keekonomian.
Selama masih ada selisih antara harga keekonomian dengan harga subsidi, maka distribusi minyak tanah akan tetap rawan diselewengkan. Karena ada selisih hingga Rp4.000 perliter antara harga keekonomian dengan harga subsidi, katanya.
Dengan adanya selisih harga sebesar itu, oknum tertentu kemudian menyelewengkan untuk meraih keuntungan besar. Karena itu, berapapun suplai yang dilakukan Pertamina, minyak tanah tetap rawan penyelewengan sehingga memungkinkan terjadi penimbunan. Minyak tanah yang seharusnya untuk rumah tangga diselewengkan untuk kepentingan lain.
Ketua Komisi VII DPR, Airlangga Hartarto, menambahkan kebocoran distribusi minyak tanah diduga kuat terjadi. Karena minyak tanah kan bisa dioplos dengan bahan bakar lain. Bisa juga disimpan oleh agen untuk dijual lagi (dengan harga non-subsidi), katanya.
Diharapkan agar Pertamina memperbaiki sistem distribusi minyak tanah. Sistem pengiriman stok yang selama ini terbuka hingga tingkat agen, sebaiknya lebih tertutup untuk memastikan minyak tanah sampai ke rumah tangga.
Tertutup itu artinya alamat penerimanya jelas. Selama ini dengan distribusi terbuka, setelah sampai tingkat agen Pertamina tak punya kontrol lagi kata Airlangga yang juga calon anggota legislatif Golkar dari daerah pemilihan (Dapil) Jawa Barat V ini.
Ia juga mengatakan harga solar bersubsidi diperkirakan masih bisa turun sebesar Rp500 per liter lagi. Sedangkan harga premium dinilai tak perlu turun lagi karena sudah mencapai harga keekonomian.
Sementara Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro mengakui saat ini harga premium di dunia internasional memang cenderung naik karena kebutuhan dunia yang mulai meningkat. Sedangkan untuk harga solar dunia memang tengah mengalami penurunan karena permintaan yang juga berkurang.
Jadi untuk harga BBM dalam negeri, kami masih melihat perkembangan karena biasanya harga dievaluasi setiap tanggal 15, berarti masih 12 hari lagi. Jadi, sabar dulu. Lagi pula harga minyak dunia masih fluktuatif, ujarnya.(

Tidak ada komentar:

Posting Komentar